Minggu, 14 Oktober 2012

SAMBATAN VS KERJABAKTI

"Sambatan"

Hmmm....kata itu lama sekali tak aku dengar, hingga akhirnya, tertangkap kembali di gendang terlinga.
Berasal dari kata "SAMBAT" artinya meminta tolong.

Realisasinya?

Adalah gotong royong mengganti atap rumah si penyambat.

Ah betapa ritual ini lama sekali aku rindukan.
Makan pagi berramai-ramai, melingkar dalam satu tampah besar
dengan lauk yang khas
Urap sayuran, ikan asin teri, tempe dan tahu bacem, plus ingkung

Ingkung, atau lebih dikenal dengan sebutan "BEKAKAK"

Itu ritual yang mengawali prosesi sambatan.
Diakhiri dengan membungkus nasi lengkap dengan sayur dan lauknya
dibungkus daun, sebanyak peserta sambatan
untuk dibawa pulang saat istirahat nanti
ditambah bawaan dari penyambat
biasanya berupa bahan mentah, mie instant, telur, dan beras
yang ditempatkan dalam TOMPO

TOMPO adalah bakul kecil
dulunya terbuat dari bambu, tapi sekarang terbuat dari plastik.

Selesai ritual kenduri kecil sambatanpun dimulai
Semuanya seperti otomatis
masing-masing peserta mengambil peran
tanpa banyak komando

Diseling cerita-cerita dan candaan lucu khas bapak-bapak
Kucermati, ternyata bapak-bapak kalau sudah kumpulpun
tak kalah dengan ibu-ibu, NGERUMPI
Tapi rumpian kami, para kaum Adam, jelas  berbeda.

Obrolan dari harga pupuk, jenis bambu, musim pete dan durian,
sampai pada sandal yang tertukar di mushalla
semua mengalir dengan segar.

Sampai terdenger kumandang adzan...
waktu istirahat tiba, kamipun pulang, untuk kemudian kembali  lagimenyelesaikan SAMBATAN
jam dua nanti.







******


Pagi-pagi sudah ada pengumuman di muhsalla belakang rumah
kepada seluruh warga RW diharap partisipasinya untu kerja bakti.

Ah
lama juga tak ikut kerjabakti.

Dan jadilah kerjabakti yang pertama kali
setelah belasan tahun lamanya
ada rindu yang menggelegak
kepada ciri dan budaya adiluhung bangsa tercinta
GOTONG ROYONG

Jadilah kerja bakti di hari Minggu pagi
sebagian mengupas dinding semen mushalla
(untuk diganti dinding keramik)
sebagian lagi memindahkan gardu dari hutan jati ke perbatasan kampung kami
dan aku tergabung dalam rombongan pertama
mengelupas dinding mushalla

Ditingkah obrolan dan candaan
yang (mungkin) terdengar bagai hiruk pikuk
pekerjaan hari itu terselesaikan tanpa terasa


Jadi?
Masih lestarikah budaya GOTONG ROYONG
di tempat tinggal kalian?
Apapun bentuknya?






Rabu, 10 Oktober 2012

RONDA YUK!

Ronda?

Asing nggak sih?
Pernah nggak?
Atau mungkin di lingkungan tempat tinggal kamu sudah tak ada ronda.

Ronda itu menjaga keamanan di lingkungan tempat tinggal kita
dilakukan secara bergiliran sesama warga.
Dan hari minggu adalah giliranku.

Percaya nggak?
Kalau aku juga baru sekali-kalinya itu seumur hidupku ber-ronda.

Jam sembilan malam aku berangkat dari rumah menuju pos ronda.
Ternyata aku masih sendiri, 2 orang yang dapet jadwal bersamaku belum datang

Setelah mereka datang, kami berbagi tugas.
Seorang jaga pos ronda, seorang keliling lingkungan RT dan aku kebagian mengambil jimpitan.

Jimpitan?
Apa pula itu?

Jimpitan adalah sejumlah uang (dulunya beras) yang telah disepakati bersama
yang tiap malam harus disediakan oleh warga
dan akan di ambil oleh petugas ronda.
Kesepakatan kami, jumlah jimpitan adalah Rp. 200 (Dua Ratus Rupiah)
yang mau kasih lebih juga boleh kok.

Jam 10 malem aku tiba kembali di pos ronda
itung jimpitan dulu ya...
totalnya ada 5.500 (Lima Ribu Lima Ratus Rupiah)

Karena malam itu adalah malam pertama ronda dan pengambilan jimpitan
ada 6 KK yang belum memasang jimpitan di rumahnya.

Jam 11 malem, kami kedatangan tamu
peronda dari RT lain yang masih satu RW.
dia bercerita kalau beberapa hari lalu ada warga di RTnya yang kehilangan mesin pompa air
habis cerita dan ngobrol sana sini, kami sepakat untuk berkeliling bersama.

Kembali ke pos
sambil menunggu waktu berakhirnya ronda
beraneka ragam cerita dituturkan para peronda
dan anehnya,  seperti sudahdisepakati
cerita yang kudengar adalah cerita-cerita serem
yang konon merupakan pengalaman mereka sendiri lho

Ah aku jadi inget cerita serem  waktu kecilku
melihat hantu kepala, dan tidur dipeluk makhluk aneh.
Mau diceritai nggak?
Lain kali aja ya

Menjelang tengah malam
gerimis datang
obrolan masih berlanjut sampai akhir ronda
kamipun pulang
dan aku dipercaya membawa uang jimpitan
untuk diserahkan ke bendahara RT esok harinya

Hmmm..... pengalaman pertama ronda yang excited.
Kamu punya pengalaman ronda juga?
Ceritain dong



Sabtu, 06 Oktober 2012

ASLINYA MADU MURNI

Madu dan Racun, pilih mana?

Kalau dimadu? Ada yang mau pilih nggak ya?

Nha, kalau madu murni? Siapa yang mau nolak?

Kalau memanen madu? Pernah?

Aku pernah lho.

Begini ceritanya.

Ada sekawanan lebah yang sudah lama menghuni salah satu sudut kadang embek
entah sudah berapa kali madunya dipanen
tapi lebah-lebah itu kerasan dan tak mau pindah
semoga begitu seterusnya


Sekarang, giliran aku bisa memanennya sendiri.
Hmmm...dimusihin para lebah nggak ya?

Malu bertanya, sesat di jalan. Ya apa ya?
Sebelum memanen madu aku tanya sana sini,
terutama pada tetangga yang sudah pernah melakukannya.

Tadaaaaaaaaaaaaa....!!!!!

Untuk menghalau sang lebah dan keluarganya
aku bakar segenggam daun kelapa kering
asapnya aku pakai untuk menghalau lebah-lebah menyingkir dari rumahnya

Saat itulah aku ambil sabit dan kupotong beberapa rumahnya
aku masukkan ke dalam panci dan kubiarkan beberapa saat
madu-madu akan mengalir dari rumah-rumah lebah itu ke dalam panci
warnanya kuning, jernih dan kental.

Kucelupkan colekkan jariku ke dalam genangan madu yang ada di rumah lebah
Hmmmmm....manisnya. Lebih manis dari madu yang sering kubeli di swalayan.

Aku inget, waktu di Kalimantan Timur
sering dikirm madu lebah asli dari hutan oleh petaninya
rasanya juga manis, tapi madu lebahku ini masih lebih manis.

"Tergantung jenis  bunga yang dimakannya", kata Bapakku.

Setelah tak lagi mengalir.
Aku peras rumah-rumah lebah itu ke dalam panci yang lain
Madu-madu berwarna putih mengalir deras, kental.
Meninggalkan lengket di tanganku

"Auwww...!!!"
Aku berteriak nyaring.
"Kenapa?", tanya Ibuku.
"Lebahnya protes. Aku meremas pantatnya"
Ibuku tertawa, tak urung akupun ikut tertawa.

Sengat lebah tertinggal di salah satu ruas telunjukku.
Kucabut, rasanya cuma gatal-gatal dan bengkak sedikit.

Ahaaaa.....
Aku punya 2 jenis madu
madu yang menetes sendiri. Itu madu yang benar-benar murni
madu yang aku peras, meskipun asli sudah terkontaminasi dengan material di rumah lebah.

Lebah-lebah itu aku coba pindahkan ke dalam box yang sudah aku siapkan.
tapi mereka tidak mau.
Sore hari, ku tengok lagi sudut kandang embekku
ternyata lebah-lebah itu masih berkerumun di sana.
(mungkin) sedang bermusyawarah untuk menbuat rumah baru.

Bikin madu yang banyak ya, lebah-lebahku
aku coba sediakan tanaman yang bunga-bunganya akan menjadi makananmu nanti.












Selasa, 02 Oktober 2012

INDAHNYA BERBAGI

Ehm...ehm.....  **maaf batuk dikit dulu boleh kan?**

Udah baca blog-ku yang LIHAT KEBUNKU kan?
Ternyata ada tetangga dan sahabat yang memperhatikanku lho. **Deeee senengnya***
Ternyata mereka ambil peduli juga dengan kegiatan baruku.
Dan aku yakin kok kalau ada yang meniru juga.

Buktinya?

Kemarin sore ada tetangga yang datang.
Pak Wangsit Sarjito

"Mas, kok tanemanku banyak yang patah.
 Keasyikan nyiram. Padahal saya pakai penyemprot yang ringan tuh"

Terus aku jelasin, kalau nyiram itu jangan pohonnya yang di siram.
Tapi cukup media tanamnya saja.

Senengnya, aku pastikan dia juga ikut berkebun di polybag.
Karena aku tahu, rumahnya hampir tak punya pekarangan.

Lainnya?

Pagi tadi, tiba tiba datang mbak Intan Rahma, salah satu warga Kampoeng Gembloeng kami.
Mau tahu tentang Kampoeng Gembloeng?
Aku ceritakan lain kali ya...

"Eh ini ada bibit cabe sama tomat. Udah siap tanam.
 Yang ini biji seledri, sawi, kangkung sama pare"





 Kemudian beliau pergi buru-buru. Karena ada rapat dinas.

Siangnya, waktu pak Wangsit datang melihat tanamanku
Aku bagikan sebagian benih pemberian mbak  Intan.

Hari ini benar-benar menjadi hari yang indah.
Indah karena aku bisa berbagi


Wah..........
Indahnya bisa berbagi..............



LIHAT KEBUNKU













Berkebun yuk.
He.he.he.he.bingung ya? Awalnya saya juga gitu kok.
Pengin berkebun, pengin piara tanaman, pengin ngrasain senangnya panen?
Tapi.......
Mau tanam apa? Lahannya dimana? Bibitnya dari mana?

Kita berkebun aja di teras rumah atau sepanjang pagar samping rumah.
Lahannya?
Kita beli aja polybag, kita isi tanah plus pupuk kandang.
Susah?
Enggaklah.
Bisa beli di penjual tanaman hias kan?
Trus kita tanemin deh.

Nanem apaan?
Bukankah tiap hari ibu, istri, atau pembantu kita biasa beli
cabe, tomat, terung, pare, daun seledri dan sebagainya.
Itu untuk makan kita lho.
Sumber energi sehingga kita bisa bekerja sepanjang hari, sepanjang pekan.

Bibitnya bisa bikin sendiri kok.
Ambil aja biji-biji cabe, tomat, terung, pare, mungkin bahkan semangka, melon labu kuning
dan sebagainya.
Kita keringkan.....dan kita semai menjadi bibit.

Bisa menggunakan cup cup air mineral kok untuk media persemaian.
Jangan lupa dikasih lubang ya, untuk sirkulasi air supaya tidak menggenang yang berakibat pada busuknya bibit kita.

Nah setelah keluar daunnya dan cukup kuat untuk ditanam sendiri, baru deh dipindahkan ke polybag.

Mudah bukan?
Tak perlu lahan/tanah luas, tak perlu cangkul, tak perlu pestisida dan tak perlu obat-obatan kimia.
Cukup polybag, sarung tangan dan sendok semen
Jadilah kebun organik kita sendiri.

Mau bertanam bayam, sawi, kangkung, atau apa aja deh?
Bibitnya juga tersedia di toko-toko pertanian kok.
Di kota sebesar Jakarta aja ada, di kota kita juga pasti ada dong.

Siap-siap bergembira ria aja saat panen tiba.


Edisi Berbagi...

JAMBU BIJI....


Pohonnya sih sudah tumbang, tapi dahan dan daunnya tetap rimbun. Bahkan di ujung kemarau panjang ini sekalipun. Inget kan September 2012 ini adalah saat kering-keringnya iklim di negeri tercinta kita. Tapi dia, pohon jambu di sebelah timur rumahku, tetap banyak buahnya, Bahkan masih ada beberapa bunganya yang sedang mekar. Putih, indah, bersihn dan kalau dicium, ah...nggak wangi!

Bulan puasa kemarin, dia menyediakan hidangan buka puasa buatku. Setiap hari lho. Eh ada yang aneh. Siang, kalau aku cari-cari kayanya gak ada buah yag siap santap. Tapi menjelang maghrib, ada aja buah ranum yang mejeng di depan mataku. Alhamdulillah. Sepanjang bulan Ramadhan 1433 H aku selalu membatalkan puasaku dengan buah jambu. Tandas sampe biji-bijinya.

Kalau diinget sih, pohon jambu itu sudah lebih dari enam tahun lho memasok kebutuhan vitamin C keluarga kami. Dulu. Dulu banget, pernah mau ditebang oleh ibu, karena buahnya dikit. Eh,beberapa hari kemudian bakal bunganya pada berebut bermuculan di depan ibuku. Ganjen ya.. Akhirnya gak jadi ditebang.

Pada saat beberapa tetangga terkena DB, dia berjasa lho. Banyak yang meminta buahnya. Konon katanya cepat membantu proses penyembuhan DB. Terus ketika ayam-ayam kami sakit. Entah dapet ide dari mana, adik iparku (suami adikku yang nomor 4) memetik beberapa buah jambu. Dicacahnya, kemudian diberikan kepada ayam-ayam kami. Alhamdulillah, ayam-ayam kami jadi sehat.

Sekarang, buah jambu itu tetep menjadi keuskaannku. Bahkan beberapa tetangga dan teman-teman dari Kampoeng Gembloeng sering meminta buahnya.

Buah jambu kami berbeda dengan buah jambu yang di pasar. Kulitnya keras, isinya merah, bijinya banyak dan keras pula. Tapi rasanya, jauh lebih manis.

Dulu, sebelum aku tinggal di rumah bersama kedua orang tuaku, aku sering sekali sakit sariawan. Ibarat satu sembuh, dua datang, dua sembuh, satu datang. Sampe aku harus menggunakan pasta gigi khusus untuk mencegah sariawan.

Sekarang, sariawan itu udah "say good bay".  Mungkin karena supply vitamin C  dari si buah jambu itu. Eits...jangan mengira dulunya aku kekurangan Vitamin C ya. Berbagai supplemen Vitamin C dari yang biasa sampai dosis tinggi menjadi daftar belanja wajibku lho. Tapi tetep aja yang namanya sariawan enggan pergi dariku.

Sekarang, dengan bermesraan bersama pohon jambuku, sariawan itu mungkin cemburu ya. Terus dia pergi mencari gebetan baru.








Kendal, October, 02-2012

Senin, 01 Oktober 2012

BERSAMAMU
**Diadaptasi dari lagu SAHABAT KECIL by Ipang
    Dari OST  film LASKAR PELANGI**
   



Baru saja berakhir
bersamamu sore ini
menyisakan keajaiban
indahnya bersamamu

Lembutnya tutur kata
dan aku mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa dibeli


Bersamamu menghabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Selalu ada kemungkinan
Bersamamu bagai sore itu
Mewarnai indahnya pelangi


Cirebon, Oktober 1st-2012