Minggu, 02 Februari 2014

Menulis Non Fiksi

Menulis Non Fiksi?

Hm, tadinya enggan banget. Ogah banget.
Awalnyan mindset saya tentang menulis itu ya fiksi.
Cerpen, novelet, atau novel.
Bahkan saya berburu contoh-contoh naskah film dan skenario film.
Selalu ada yang menarik di dunia literasi

Tapi kemudian ada tantangan untuk menulis non fiksi
Hm, bagaimana ini?
Yo wis dicoba.
Awalnya satu ide bisa berkembang menjadi banyak ide.
Kenapa?
Karena ketika mencari bahan-bahan rujukan atau referensi atau bahan pustaka
ada banyak hal yang saya temukan dan pingin saya ulas menjadi sebuah tulisan.

Hehehehehehe, jadi bingung.
Gimana nggak bingung?
Idenya jadi bias, nggak bisa fokus

Oke, akhirnya saya coba untuk mencari bahan pustaka di internet.
Alamaaaaaaaaaaakkkk....
Jadi makin bias.
Begitu banyaknya bahan-bahan pustaka yang saya dapatkan.

Oke!
Waktunya untuk membuat klasifikasi.
Tadaaaaaaa!!!!
Jadilah beberapa topic, akhirnya maruk saya kumat.
Semuanya pengin diulas, semuanya pengin ditulis.

Sudah?
Sekarang waktunya bikin outline dan sasaran pembaca.
Hm, ada yang menari-nari di benak.
Antara menulis fiksi dangan bahasa yang lincah dan mengalir indah, dan non fiksi yang mengedepankan ilmu pengetahuan, realita, opini dan research.
Akhirnya...............................

Wow!
Menulis non Fiksi itu menyenangkan!
Tantangannya lebih terasa dibandingkan dengan menulis fiksi.
Bedanya?
Fiksi kita bisa bermain-main dengan khayalan kita.
Tapi Non Fiksi nggak bisaaaaaaaaaa......
Harus real, harus sesuai hasil research, harus mempertimbangkan berbagai opini
Dan yang paling penting, memberi khazanah ilmu pengetahuan atau yang sering disebut pencerahan.
Gitu ya?
Walhasil, banyak bab-bab tambahan yang harus di insert.....

Ups!
Saya menikmatinya.
Tunggu hasilnya ya!
Yuk ah!
Menulis lagi