Jumat, 02 November 2012

"METOKKE"

Ehm.....
(Agak) telat dikit gak papa ya.
Masih bulan DzulHijjah yang notabene bulan Haji kan?
Kita juga belum lama kok merayakan Hari Raya Haji, alias Hari Raya Qurban, yaitu 'Idul Adha.

Nah ada satu ritual budaya yang masih lestari sejak aku kecil dulu hingga kini
Ritual di Kampung Halamanku tentunya. Ayo ceritakan ritual yang ada di Kampung Halamanmu.

Ritual ini kami lakukan setiap usai Shalat 'Id.
Baik itu 'Idul Fitri maupun 'Idul Adha.
Namanya METOKKE.

Kata dasarnya adalah METU, yang artinya KELUAR

Disebut metokke, karena kami mengeluarkan sedekah makanan.
Tahu dong. Hari Raya tentunya menu makanannya special dibanding hari-hari biasa kan.

Umumnya kami membawa baki atau nampan berisi hidangan makanan Hari Raya di rumah kami masing-masing. Kami berkumpul di Mushalla terdekat, biasanya dilakukan untuk lingkungan RT atau RW. Ke sanalah kami membawa baki-baki atau nampan-nampam berisi menu hidangan special itu.

Sesampai di Mushallah kami letakkan berjejer rapi di serambi Mushalla. Maka tak heran kalau sepanjang serambi Mushalla dipenuhi baki-baki atau nampan-namapan berisi lontong, ketupat, lepet, sambal goreng, opor atau gulai.

Setelah doa bersama yang dipimpin oleh Pak Kyai, kami bersantap bersama. Eh, kami tidak menyantap hidangan yang kami bawa dari rumah lho. Kami bertukar makanan. Aku tidak makan makanan yang kubawa. Dan aku bebas menikmati makanan siapa saja yang terhidang di situ.

Maka jangan heran kalau dalam satu piring bisa berisi menu makanan dari 4 atau lima orang.

Selain bersantap kita bertukar makanan yang tersisa untuk dibawa pulang. Pagi itu aku mendapat ketupat, lepet dan dan opor dari beberapa orang. Padahal yang aku bawa dari rumah hanya lontong, sambal goreng dan gulai telur. Tentunya ketupat, gulai telur dan sambal goreng yang kubawa sudah berpindah entah ke baki siapa.

Yang jelas pagi itu ritual selesai dan kami pulang dengan penuh suka cita.





4 komentar:

  1. Bagus ceritanya. Indahnya kebersamaan dan indahnya berbagi, sederhana tetapi begitu nikmat terasa. Namun di kota-kota besar kegiatan ini adalah hal yg langka. Kebersamaan dan kesederhanaan merupakan barang yg mewah bagi mereka yg merindukannya. Muatan lokal yg layak untuk dibagi dan diceritakan.

    BalasHapus
  2. Terima kasih banyak mas Goen.
    Ang coba menggali apa yang ada di seleliling, yang kadang luput dari pengamatan. Namun indah untuk dibagikan.
    Semoga membawa manfaat.

    BalasHapus
  3. di tanah tumpah darahku juga ada tradisi semacam itu ang....namanya "kepungan" acarane malah di depan rumahku....udah hampir 17 tahun aku merindukan saat2 spt itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo bund.....
      ceritakanlah.......
      menambah khazana budaya adat negeri tercinta lho

      Hapus