Selasa, 07 Juni 2011

Perawan VS Selaput Dara

Hmmmmm..................................
Masih inget banget pernyataan Dr. Wimpie Pangkahila
Salah satu pakar yang aku percaya, tentang seputar sex, reproduksi dan penyakit kelamin, disamping seorang pakar lagi yang aku suka karena penyampaiannya yang lugas dan kocak, Dr. Naek L. Tobing

Dr. Wimpie pernah berpendapat bahwa :
Seorang wanita yang belum pernah berhubungan badan dengan lawan jenisnya, meskipun selaput daranya telah robek, tetap berhak menyandang GELAR PERAWAN.
Sedangkan seorang wanita, yang sudah pernah berhubungan badan dengan lawan jenisnya, meski selaput daranya masih utuh, TAK LAGI BERHAK MENYANDANG GELAR PERAWAN.
*****(bukunya diterbitkan oleh Intisari sekitar tahun 1998-1999, berisi seputar tanya jawab sex untuk remaja. Lupa judulnya, tapi bukunya warna hijau)

Gelar PERAWAN tidak bisa diperoleh dengan kuliah sampai S2, S3, atau dengan berbagai gelar bergengsi semacam MBA, PHd, MPh, Dr, dan sederet gelar prestisius lainnya. Gelar PERAWAN hanya bisa diperoleh dengan kekuatan mental, keteguhan memegang prinsip hidup, akhlak dan budi pekerti.

Aku bukan penganut feminisme, atau pejuang hak-hak wanita, tapi hanya ingin menggaris bawahi satu pendapat yang sangat aku yakini kebenarannya. Yang justru banyak menjadi salah kaprah. Karena tak hanya berlaku untuk kaum Wanita, tapi juga berlaku untuk kaum Pria dengan gelar PERJAKA-nya. Bedanya, jika pada kaum Wanita ada satu tolok ukur yang dianut di masyarakat, tanpa mempedulikan benar tidaknya tolok ukur tersebut, yaitu SELAPUT DARA, sedangkan untuk kaum Pria tak ada tolok ukur yang menjadi patokan.

Tak sedikit wanita yang dituduh TIDAK PERAWAN oleh suaminya, hanya karena tak berdarah pada malam pertamanya, alias tidak ada momentum robeknya sang selaput dara.  Tapi tak sedikit pula wanita yang rela mengeluarkan banyak biaya hanya untuk OPERASI SELAPUT DARA.

Kayanya sudah saatnya pendidikan sex atau yang lebih kerennya disebut Sex Education mulai dimasyarakatkan, dikembangkan secara formal. bukan hanya oleh lembaga-lembaga independen yang peduli.  Sex bukanlah hal yang tabu, tapi merupakan anugrah Tuhan yang paling istimewa dan universal yang perlu dikaji secara ilmiah berdasarkan ilmu pengetahuan yang sudah dianugerahkan pula olehNYA. Supaya tak ada lagi penyimpangan, penyalah gunaan maupun partik-praktik sex yang membawa dampak negatif. 

Tak hanya untuk manusia, binatang dan tumbuhanpun mengenal adanya sex, meski konteksnya berbeda. Karena dari situlah proses regenerasi makhluk hidup (yang konon manusia sebagai KHALIFAH DI MUKA BUMI) berproses dan berkesinambungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar