Pagi itu......
Gema takbir masih sayup sayup terdengar
Kebun belakang rumah mendadak dibersihkan
rapi
Dan..
aku melihat teman baikku akhir-akhir ini diseret dengan tali
dia memberontak, tapi makin kuat pula tarikan orang yang menyeretnya
Aliran kecil pelan-pelan berlenggak lenggok di pipiku
tak tega rasanya melihat si embek dibawa ke tempat pemotongan
aku bergegas masuk rumah.
Tapi panggilan itupun tak kuasa kutolak.
"Mas, tolong telikung kaki belakangnya.
Setelah roboh, mas pegang kepalanya kuat-kuat ya"
Aku hanya bisa menurut, tak mampu menolah.
Kupegang kuat kedua kaki belakang si embek dan kutelikung
Robohlah dia menghadap kiblat.
Aku berpindah tempat
Memegang kepala embek kuat-kuat
Dan.....
Wessssss.............
Darah mengucur deras dari lehernya
"Selamat jalan ke haribaan surga ya kawan
Berbahagialah karena kamu menjadi embek terpilih.
Doakanlah kemuliaan bagi orang yang telah merawatku sejak kecil"
Aku tak kuasa menahan jebolnya bendungan di kelopak mataku.
Ternyata belum selesai.
Masih ada tugas lagi
Aku masih harus menyayat-nyayat si embek
memisahkan antara kulit dan dagingnya.
Sementara kutinggal Shalat Jumat
Daging dipotong-potong oleh sekawanan ibu-ibu
Alhamdulillah, jadi 26 kantong
yang harus aku bantu bagi-bagikan siang itu
Ah.......Idul Adha tahun ini punya warna tersendiri buatku.
Bagus. Ceritanya menarik. Kepergiannya karena dialah yang terpilih untuk media pendekatan kepada Ilahi Robbi. Semoga persembahan qurbannya diridhoi Allah, SWT aamiiin
BalasHapus